12 Karakter Hamba
Tuhan
Yang Harus
Menjadi 12 Tiang Gereja Masa Kini
Yohanes 13:12-17
Setelah Yesus selesai dengan pembasuhan kaki murid-muridNya, Ia bertanya kepada mereka mengenai apa makna semuanya ini? Sebelum mereka menjawab Yesus langsung menjawab pertanyaan yang Ia ajukan sendiri. Yesus adalah Guru (didakalos) dan Tuhan (kurios). Yesus yang adalah seorang Guru dan Tuhan atas mereka mau merendahkan diri menjadi hamba untuk melayani dengan membasuh kaki murid-murid-Nya, maka Yesus menegaskan bahwa murid-murid-Nya pun wajib melakukan hal yang sama satu dengan yang lain (satu level, sesama murid/ sesama hamba). Kata “wajib” berasal dari kata “opheilo” yang mengandung arti “berhutang”. Murid-murid wajib melakukan hal itu, tidak boleh tidak, karena hal itu adalah hutang satu dengan yang lain dan mereka tidak mempunyai alasan untuk tidak melakukannya karena Yesus sendiri telah memberikan contoh kepada mereka.
Dari apa yang telah kita pelajari tentang Yesus yang telah memberikan teladan
kepada kita untuk memiliki hati hamba, ini berarti bahwa memiliki hati hamba
merupakan suatu hal yang mutlak harus dimiliki oleh setiap umat Tuhan. Saat
inipun kita mau beberapa sikap, sifat/karakter dari 12 tokoh Alkitab yang
memiliki hati hamba :
1. Henokh
(Kej. 5:21-24; Ibr. 11:5,6), Hidup Bergaul
Dengan Allah.
Kalimat ” Hidup bergaul dengan Allah”, hanya dipakai untuk Henokh dan
Nuh (kejadian 6:9). Hal ini menunjuk kepada sebuah hubungan yang sangat
rahasia, sebuah persekutuan yang sangat dekat dengan Allah,
berjalan seolah olah disisi Tuhan. Hal ini berarti bahwa Henokh berbincang
bincang dengan Allah dan Allah bercakap cakap dengannya. Hal ini
dilakukan setiap hari oleh Henokh. Kata “hidup bergaul” dalam bahasa
Ibrani memakai kata “halak” bentuk hitpael imperfect, makna harfiahnya adalah
walk constantly with God atau berjalan dengan Allah terus menerus.
2. Nuh
(Kej. 6:22; Ibr. 11:7), Memiliki
Ketaatan.
Taat, mentaati, patuh, diterjemahkan dari Kata kerja
Ibrani SYAMA,
atau SYEMA,
harfiah 'mendengarkan', yang dimaknakan sebagai "ketaatan" ini
menggambarkan pikiran yang menyerah dan tunduk kepada kekuasaan yang berbicara.
Ide mengenai kepatuhan, yang disarankan kosakata ini adalah suatu pendengaran
yang terjadi di bawah kekuasaan atau pengaruh si pembicara, dan yang membawa
pada pemenuhan permintaan atau perintahnya.
3. Abraham
(Kej 22:9,10; Ibr 11:17-19), Berani Mengorbankan
Yang Paling Berharga.
Definisi Mengorbankan menurut KBBI adalah memberikan
sesuatu sbg pernyataan kebaktian, kesetiaan. Abraham tidak membantah atau
bahkan tidak mengeluarkan satu pertanyaanpun kepada Tuhan mengapa Tuhan
memerintahkan hal itu. Mungkin saja perasaan Abraham bergejolak saat itu.
Tetapi dia tidak menunjukkan atau melampiaskan perasaannya sedikitpun. Malah
dengan penuh penundukan diri dia melakukan apa yang Tuhan perintahkan.
4. Yusuf
(Kej. 39:7-12), Berjaga-jaga dan
Menjauhi Kejahatan.
Ketika wanita itu berulang kali merayu, Yusuf tidak
bergeming dan memilih untuk menjauh darinya. Mengapa bisa demikian? Ada dua
alasan.
- Yusuf mau memegang teguh kepercayaan yang telah diberikan tuannya Potifar terhadap dirinya
- Yusuf tahu bahwa biar bagaimanapun Tuhan akan melihat segala sesuatu yang dilakukannya. Meski ketika ia sendirian, meski ketika tidak ada satupun manusia yang melihat. Ia berkata: "Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?"
5. Yosua
(Yos 24:14,15), Berkomitmen.
Komitmen adalah deklarasi (pernyataan tegas) atas
keinginan dan janji yang harus dipenuhi dan dilaksanakan sesuai dengan apa yang
dikatakan, bisa dalam bentuk ucapan verbal ataupun nonverbal (tertulis). Komitmen lahir dari dasar atau kesiapan hati
yang benar dan tulus untuk memilih apa yang harus diperbuat atau dilaksanakan.
Dalam konteks ini kesiapan hati yang benar untuk memilih
apa yang harus diperbuat ditegaskan oleh Yosua pada Bangsa Israel. Kesiapan
hati yang benar untuk memilih apa yang harus diperbuat biasanya lahir dari
beberapa latar belakang pengalaman. Yosua mendasarkan komitmennya pada Tuhan,
didasarkan pada pengalaman yang pernah ia lihat dan rasakan. Ia melihat bahwa
perjanjian yang telah dideklarasikan Tuhan pada Abraham agar keturunan Abraham
mendapat berkat benar-benar direalisasikan oleh Tuhan sampai pada generasinya
yang mendapat Tanah Perjanjian. Untuk itu, Yosua berkata, ”Tetapi Aku dan seisi
rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan (Yos. 24:15).”
6.
Hana (1 Sam 1:10,11),
Membayar Nazar/Bertanggung Jawab Dalam
Perkataan.
Nazar merupakan sumpah atau janji antara
kita dengan TUHAN, apa yang kita bayarkan dalam nazar tentunya untuk kemuliaan
Nama TUHAN.
1 Samuel 2 : 20 - 21
Hana
bernazar meminta anak laki-laki untuk dipersembahkannya sebagai pelayan TUHAN.
Hanya satu anak yang diminta Hana, namun TUHAN memberikan lima orang anak lagi
kepada Hana, tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan. Jumlah anak Hana enam
orang, termasuk Samuel. Ini merupakan contoh bahwa bernazar tidak pernah rugi.
Berkat besar lainnya yang diterima Hana disamping mendapatkan enam orang anak:
nama Hana tertulis di dalam Alkitab. Kapan Hana mulai hamil lagi? Dari ayat 21
dapat kita simpulkan bahwa Hana telah hamil anak kedua saat Samuel masih kecil.
TUHAN
membayar lebih atas nazar Hana. DIA bukanlah TUHAN yang hitung-hitungan.
YESUS sendiri turun dari Sorga ke dalam dunia untuk memberikan Nyawa-NYA bagi
kita. Itu adalah satu bukti pemberian TUHAN yang begitu besar bagi kita. Yang
salah adalah pola pikir Yefta yang menganggap kasihan anaknya tidak menikah dan
menjadi pelayan TUHAN. Pelayan TUHAN adalah profesi yang membanggakan! Dan
walaupun tidak ditulis di Alkitab, saya yakin anak perempuan Yefta ini punya
iman yang teguh, dia pasti akan menjadi pelayan TUHAN yang berhasil.
7.
Samuel (1 Samuel
3:1-19), Respon akan Panggilan Allah
Allah
memanggil umat-nya untuk melayani Dia dengan berbagai macam cara. Ketika Samuel
sedang tidur, Allah memanggil Samuel secara langsung. Setelah Samuel menjawab panggilan
tersebut secara tepat, barulah Allah menyampaikan maksud-Nya kepada Samuel.
Jangan meremehkan atau bersikap arogan
(angkuh) terhadap panggilan Allah. Sambutlah panggilan Allah dengan sikap
ketaatan dan kerendahhatian. Pandanglah panggilan Allah sebagai anugerah yang
harus direspons secara serius.
8.
Daud (2 Samuel 6:1-23),
Selalu ada pujian bagi Allah dihatinya.
Pujian mempunyai kemampuan untuk
memusatkan kembali pikiran kita dari kegelapan dan kekalahan kepada pengharapan
dan kemenangan melalui Yesus Kristus. Pujian menyediakan
kesempatan bagi kita untuk memandang kesulitan yang ada melalui kacamata Allah, bukan kacamata manusia. (bdk. 1 Samuel 21:11; 29:5)
kesempatan bagi kita untuk memandang kesulitan yang ada melalui kacamata Allah, bukan kacamata manusia. (bdk. 1 Samuel 21:11; 29:5)
9.
Elisa (2 Raja 2:4-5),
Setia Sampai Akhir
Nabi Elia mempunyai banyak
murid namun hanya Elisa yang lain dari yang lain. Elisa anak orang kaya dan
rajin bekerja. Ketika dipanggil untuk mengabdi kepada nabi Elia, Elisa rela
meninggalkan segalanya. Kesetiaan Elisa tak tergoyahkan. Dia terus mengikuti
gurunya sampai titik terakhir disaat murid-murid yang lain hanya memandang dari
kejauhan. Elisa mendapat upahnya, ketika sang guru terangkat dalam badai. Elisa
mendapat urapan yang luarbiasa untuk melanjutkan pelayaan Elia.
Tuhan menghendaki agar kita
tetap setia mengiring Yesus sampai titik terakhir sebelum Tuhan mengangkat kita
ke sorga. Hal ini kita buktikan dalam kesetiaan kita beribadah, pelayanan,
berdoa, merenungkan dan melakukan Firman-Nya, karena ada waktunya semua itu
akan berakhir. waktu Tuhan adalah hari ini. bukan esok, lusa, minggu depan,
bulan depan atau tahun depan. bagaimana kalau kita dipanggil Tuhan hari ini? masih
dapatkah kita memberitakan Firman-Nya? tentu tidak, Tuhan telah berkata kepada
setiap kita melalui Firman-Nya HARI INI
JUST DO IT!. JANGAN KERASKAN HATI KALAU KITA SUDAH MENDAPAT FIRMAN YANG HIDUP,
JADILAH HAMBA YANG SETIA SAMPAI AKHIR TUHAN PANGGIL KITA PULANG KERUMAH BAPA .
10.
Ayub
(Ayub 2:9-10), Walau menderita tetap berserah.
Penderitaan adalah fakta kehidupan. Tidak seorang pun dapat
terhindar darinya. Karena itulah maka setiap orang harus bisa menerima
kenyataan tersebut dan mencari jalan untuk menghadapi dan melaluinya.
Persoalannya, apa yang membuat manusia dapat bertahan menghadapi penderitaan?
(Filipi 1:29; 1 Petrus 3:14)
Ayub mengalami penderitaan yang mungkin paling dahsyat, yang
pernah dirasakan oleh manusia. Penderitaan itu ia pikul dengan penuh kerelaan,
tanpa sedikitpun mempersalahkan pihak lain, baik situasi, teman-temannya
ataupun Tuhan. Namun ia membutuhkan kelepasan dari perasaan derita yang
dialaminya. (1
Petrus 4:16-19)
11.
Maria Ibu Yesus (Lukas 1:38),
Mempersempahkan Hidupnya.
Maria menyerahkan diri sepenuhnya kepada kehendak Allah dan mempercayai
berita-Nya. Dengan sukarela ia menerima baik kehormatan maupun celaan yang akan
dialaminya karena menjadi ibu dari Anak yang kudus ini.
Maria merupakan gambaran dari gereja. Sudah seharusnya gereja juga
mengikuti teladan Maria dalam hal kesucian, kasih pada Allah, iman kepada
Firman-Nya, dan kesediaan untuk taat kepada Roh Kudus. (Roma 12:1-2)
12. Yohanes Pembabtis
(Matius 3:1-2,11), Menjadi Saksi Bagi Yesus.
Siapakah
Yohanes? Ia bersaksi bagi Terang tetapi mengaku bahwa ia bukan Terang itu. Siapakah
Yohanes? Ia bersaksi bagi Kebenaran dan ia mengetahui bahwa ia bukan Kebenaran
itu sendiri melainkan Kristus. Siapakah Yohanes? Ia bersaksi bagi Mesias tetapi
ia mengakui bahwa ia bukan Mesias. Ia hanya seorang yang merintis jalan bagi
kedatangan Sang Mesias. Yohanes begitu mengenal keberadaannya sendiri. Ia yang
agung, besar, dipenuhi Roh Kudus, tetapi juga begitu rendah hati.
Yohanes
adalah orang yang begitu rendah hati sampai ia pernah mengatakan satu kalimat,
yang boleh disebut sebagai pepatah emas yang harus diukir dengan pena mas dan
tinta mas, "Membuka tali kasutNya (Mesias) pun aku tidak layak."
(Yohanes 1:27). Seorang pelayan yang mengambil kemuliaan tuannya adalah pelayan
yang kurang ajar. Ketika ada hamba Tuhan atau pemimpin gereja yang mengambil
alih kuasa Allah dari takhtaNya dengan menganggap diri setara dengan Allah,
menerima hormat manusia mengganti Allah, di sanalah mulai kegagalan dalam
pelayanan.
Ayat terakhir bagian ini (13:17), Yesus berbicara mengenai respon murid-murid yang diharapkan oleh Tuhan Yesus yakni mendengar dan melakukan. Jika mereka bukan hanya mendengar tetapi juga melakukan mereka akan berbahagia karena mereka akan mengalami apa yang Yesus janjikan jika mereka melangkah dalam ketaatan.
0 comments:
Post a Comment